METODE AJAR

Menghafal

Metode menghafal di Pondok Pesantren Nurul Huda Al-Azizah Cahyaning Ati menggabungkan perpaduan salaf dan modern yang merupakan sebuah pendekatan dalam kegiatan menghafal (biasanya Al-Qur’an atau kitab-kitab) yang menggabungkan metode tradisional (salaf) yang berfokus pada ketekunan, pengulangan berulang (tikrar) dan setoran hafalan kepada guru secara langsung dengan metode pembelajaran modern yang berfokus pada efisiensi waktu, penggunaan teknologi dan metode visual dan audio. Berikut merupakan implementasi dari metode menghafal di Pondok Pesantren Nurul Huda Al-Azizah Cahyaning Ati:

  1. Hifdz(bacaan lancar paling banyak 3 kali kesalahan)
  2. Tikror(mengulang ngulang sebanyak mungkin)
  3. Rohbt(mengulang bacaan yang sudah di tikror)
  4. Murojaah target(1/4,1/2,3/4,1 juz)
  5. Murojaah wajib(3 juz)

Catatan: Setelah dapat 1 juz dengan mutqin di hadirkan orang tua untuk menyimak bersama dan di berikan sertifikat 1 juz dan begitu seterusnya 5,10,15,20,30 juz

Kajian Kitab

  • Sorogan adalah metode pembelajaran siswa atau santri aktif di hadapan seorang guru,dengan cara peserta didik atau santri membacakan materi ajar untuk mendapatkan koreksi dan tashih. Istilah sorogan di gunakan untuk sorogan al qur’an dan sorogan kitab kuning. Di hadapan seorang guru(biasa di sebut penyorog),seorang peserta didik(santri)membaca kitab kuning beserta maknanya-biasanya menggunakan bahasa jawa-dengan metode pemaknaan ala”utawi iki iku”sedangkan penyorog menyimak bacaan,mengingatkan kesalahan dan sesekali meluruskan cara bacaan yang benar. Dengan metode pemaknaan”utawi iki iku” semacam ini,terangkum 4 sisi  pelatihan, yaitu:
    1. Kebenaran harakat,baik harakat mufradat (satu per satu kata)dan harakat terkait i’rob
    1. Kebenaran tarkib(posisi kata dalam kalimat,mirip dengan S-P-O-K{subyek-predikat-obyek-keterangan} dalam struktur bahasa) indonesia
    2. Kebenaran makna mufrodat(kosa kata)
    3. Kebenaran pemahaman dalam masing-masimg di siplin ilmu.
  • Bandongan adalah metode pembelajaran metode guru aktif dengan cara guru membacakan materi belajar untuk kemudian di simak dan di catat oleh peserta didik atau santri. Biasanya,dalam sistem bandongan, santri juga membawa kitab kuning untuk kemudian di tulis makna perkata sebagaimana di bacakan oleh guru atau kyai. Dalam pengajian al qur’an, sistem bandongan ini sama hal nya dengan semaan al qur’an.